2
Suara lembut suling Sayu
mengantarkan kebahagian ke seluruh istana . dayang , pengawal , dan
bangsawan-bangsawan yang berada di dalam istana itu hanyut dalam melodi lagu
dan syair cinta . terlebih lagi yuuya yang sejak awal kagum atas bakat sayu . hatinya
telah terpikat oleh kelembutan dayang istana itu .
“ bagus sekali , Nona Sayu . aku kagum akan suaramu . “ Sayu kaget karena tanpa disadarinya sang pangeran sudah di
sampingnya . jantungnya berdebar dengan
sangat kencang .
“ tuan muda , akankah
anda ingin mendengarnya kembali ? “ tawar sayu sambil tersenyum kecil .
Yuuya terdiam sejenak
karena tidak mengira suara dan kecantikan Sayu telah merambah ke hatinya . dia pun tak menolak penawaran sayu
untuk menyanyikan lagu yang dimainkannya lagi.
“ Nona Sayu , suaramu begitu lembut “
“ benarkah ? “
“ apakah kau suka
menulis cerita ? “
“ tidak , mengapa Tuan Muda ? “
“ aku menawarimu
untuk menuliskan cerita untukku “
“ tapi , Hamba tidak bisa “
“ mengapa demikian ? “
“ Hamba telah terbiasa menulis lagu , syair
, dan puisi . jadi Hamba tidak
berpengalaman dalam menulis cerita sebelumnya . andaikan tidak memuaskan ,Tuan Muda pasti marah pada Hamba
“
“ baiklah . sesukamu
saja . yang penting hasilnya bagus dan bisa kunikmati pada hari terakhirku
kelak “
Sayu tersentak. ” hari terakhir ?”, pikirnya .
“ hari terakhir ? “
“ kau tahu tentang
penyakitku bukan ? “
Sayu mengangguk pelan
Yuuya pun beranjak dan
melemparkan kain ke Sayu . Sayu pun menangkapnya . mata besarnya
terbelak-belak kebingungan .
“ ambillah itu sebagai
hadiah untukmu “ kata Yuuya yang
semakin lama semakin lenyap
Dibukanyalah isi dari
kain itu , ternyata dibalik lipatan kain itu terdapat sebuah sisir
yang indah . bercorak bulan sabit dan berwarna merah . sayu berdecak
kagum dan terus memandanginya terus menerus . tidak diduganya sang Daimyou yang
terkenal memilihkannya sisir.
“ tu .. tuan muda
memilihkanku sisir secantik ini ? benar-benar suatu keajaiban ! aku akan
menyimpannya “ pikirnya sambil menyimpan sisir itu di balik kimono birunya .
dia tersenyum kagum dan bahagia sambil memandangi langit .
“ tuan muda , dapatkah
hamba menjangkau tuan muda ? “
***
“ ukh,sakit! Ohimesuke
! “ pekik yuuya sambil menahan sakitnya .
“ tu..tuan muda !
istrirahatlah dulu ! akan hamba panggilkan tabib “
Ohimesuke pun berlari
menuju tempat tabib istana demi menenangkan sakit tuan muda . sesampainya di
rumah kecil tabib , ternyata baru disadari bahwa tabibnya telah izin pulang ke
edo karena istrinya melahirkan . akhirnya , ohimesuke memutuskan kembali untuk
meminta izin keluar istana demi mencari tabib lain .
Betapa terkejutnya
ohimesuke menyadari suara yuuya sudah tak terdengar lagi . dia pun bergegas
masuk ke kamar yuuya .
“ tuan ohimesuke … “
“ sayu ? mengapa kau
ada disini ? “
Ohimesuke pun
terkesima melihat yuuya sudah tertidur lelap dengan senyuman yang tersungging
di wajahnya . pasti suara surga sayu telah menenangkan sakit yuuya
“ untunglah ada kamu
disini , sayu . apa yang terjadi ? “ Tanya ohimesuke penuh dengan rasa
penasaran.
“ ketika hamba hendak
meminta kertas ke salah satu pelayan , saya mendengar suara kesakitan tuan muda
. jadi sesaat saya memainkan lagu hamba , tuan muda telah cerpelai tidur . saya
bermaksud mengambil air , tapi ternyata ada tuan juga disini “ jawab sayu. Ohimesuke berdecak kagum.
“ lagumu menenangkan
tuan muda ? “
“ ya , tuan “
“ lagu apa yang ada
nyanyikan ? “
“ ai no tame ni “
“ ai no tame ni? saya tidak pernah mendengarnya “
“ itu lagu yang kubuat
atas permintaan tuan muda kemarin “
“ oh “
“ tuan .. “
“ ya ? ada apa Sayu ?
“ kapankah hari
terakhir Tuan Muda ? “
Ohime tak dapat
berkata-kata . tidak disangkanya sayu telah menanyakan hal yang tidak ingin
didengarnya . sejak ayah Yuuya
tewas saat perang perebutan benteng , dia dipercaya sebagai wali dari Yuuya yang sudah dianggap anaknya
sendiri . terlebih saat dirinya kehilangan putranya di medan perang sebagai
prajurit istana kaisar . Yuuya sudah seperti putranya sendiri .
“ mengapa kau
menanyakan hal seperti itu ? “
“ hamba ikut sedih
saja mendengarnya langsung dari tuan muda “ jawab sayu
Kedua mata pria tua
itu telah sayup . membayangkan hari yang akan tiba itu . dia begitu menyayangi
yuuya yang sudah lama dirawatnya .
Ohimesuke pun berbalik
, meminta salah seorang dayang untuk mengambil air untuk dikompreskan kepada
yuuya .
***
Lantunan suling emas
sayu kembali menghayutkan yuuya . tidak
diduganya suara sayu begitu membuatnya teriris-iris oleh perihnya cinta .
ketakutannya kehilangan dayang itu kian menyiksanya . haruskah berpisah secepat
ini ?
“ sayu , maukah kau
membuatkanku 1 lagu lagi ? “
“ tentu saja , tuan
muda “
“ rasanya tidak pantas
kau memanggilku begitu “
“ jadi saya harus
memanggil tuan muda apa ? yang mulia ? “
“ cukup panggil aku
yuuya saja “
Sayu tersipu malu
“ tidak , tuan muda .
itu tidak mungkin . haruskah saya , ootori sayu yang berasal dari rakyat jelata
ini memanggilmu seperti itu “
Kerendahan hati sayu
membuat yuuya sedikit jengkel . padahal seumur hidupnya apapun yang
diinginkanya selalu didapatkannya . akan tetapi baru kali ini dia ditolak
sementa ini .
Badai bunga sakura
yang baru saja bermekaran menggetarkan hati kedua insan yang saling mencintai
itu . dipetiknya sebatang bunga lily didekatnya dan diberikannya ke sayu
“ pakailah sisir itu
dibarengi bunga ini “
Sayu pun mengambil
sisir yang diberikan yuuya waktu itu dan diselipkannya tepat di dahinya
sehingga poninya terangkat keatas
“ gadis zaman sekarang
kulihat memakai ageboshi , ginbara , dan sebagainya . tapi kau malah
mengurainya seperti gadis zaman heian . bahkan sepanjang itu . apakah tidak
sulit perawatannya ? “ Tanya yuuya keheranan
Sayu hanya tersenyum
“ tradisi keluarga
kami “
“ tradisi ? “
“ ya “
“ masih terlalu kuno .
ini zaman edo ! “
“ maka dari itu ,
hamba tidak pantas menerimanya “ dilepaskannya sisir itu dari kepalanya dan
dikembalikannya kee yuuya
Yuuya terdiam melihat
apa yang diputuskan oleh sayu . hatinya hambar . mengapa tidak ? karena pada
zaman itu , jika seorang pria memilihkan sisir untuk wanita , berarti pria itu
memiliki perasaan yang mendalam di hatinya . itu berarti sayu sudah menolak
mentah-mentah perasaannya .
“ hamba hanyalah
dayang yang miskin . hamba tidak pantas bersanding dengan tuan “ ucap sayu
dengan suara agak bergetar .
“ akankah perkataanku
tadi telah menyinggung perasaanmu ? “
“ tidak “
“ akankah dirimu
mencintaiku seperti aku “
“ ya “
“ tapi kenapa kau
berkata seperti itu ? “
“ hamba hanya gadis
biasa . yang pantas bersanding dengan rakyat biasa pula “
“ lalu bagaimana
dengan bangsawan lain ? bukankah mereka sama juga ? “
“ hamba tidak suka
dibeda-bedakan . tuan muda hanya dapat
bersanding dengan putri dari keluarga kaya dan terhormat , tidak dengan hamba
yang hina ini “
Tidak disangka-sangka
kerendahan hati sayu mengantarkan yuuya ke jurang keputusasaan . dayang yang
berada di hadapannya telah menolak pesonanya . dibuangnya bunga lily yang sejak
tadi dicengkramnya lalu ditinggalkannya sayu yang tengah terdiam kaku di
pavilion itu.
“ hatimu sangat dingin
dan kelam , sayu “ pikir yuuya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar