Senin, 06 Februari 2012

Ai No Uta Part 2


2
Suara lembut suling Sayu mengantarkan kebahagian ke seluruh istana . dayang , pengawal , dan bangsawan-bangsawan yang berada di dalam istana itu hanyut dalam melodi lagu dan syair cinta . terlebih lagi yuuya yang sejak awal kagum atas bakat sayu . hatinya telah terpikat oleh kelembutan dayang istana itu .
“ bagus sekali , Nona Sayu . aku kagum akan suaramu . “ Sayu kaget karena tanpa disadarinya sang pangeran sudah di sampingnya . jantungnya berdebar dengan sangat kencang .
“ tuan muda , akankah anda ingin mendengarnya kembali ? “ tawar sayu sambil tersenyum kecil .
Yuuya terdiam sejenak karena tidak mengira suara dan kecantikan Sayu telah merambah ke hatinya . dia pun tak menolak penawaran sayu untuk menyanyikan lagu yang dimainkannya lagi.
“ Nona Sayu , suaramu begitu lembut “
“ benarkah ? “
“ apakah kau suka menulis cerita ? “
“ tidak , mengapa Tuan Muda ? “
“ aku menawarimu untuk  menuliskan cerita untukku “
“ tapi , Hamba tidak bisa “
“ mengapa demikian ? “
“ Hamba telah terbiasa menulis lagu , syair , dan puisi . jadi Hamba tidak berpengalaman dalam menulis cerita sebelumnya . andaikan tidak memuaskan ,Tuan Muda pasti marah pada Hamba “
“ baiklah . sesukamu saja . yang penting hasilnya bagus dan bisa kunikmati pada hari terakhirku kelak “
Sayu tersentak. ”  hari terakhir ?”,  pikirnya .
“ hari terakhir ? “
“ kau tahu tentang penyakitku bukan ? “
Sayu mengangguk pelan
Yuuya pun beranjak dan melemparkan kain ke Sayu . Sayu pun menangkapnya . mata besarnya terbelak-belak kebingungan .
“ ambillah itu sebagai hadiah untukmu “ kata Yuuya yang semakin lama semakin lenyap
Dibukanyalah isi dari kain itu , ternyata dibalik lipatan kain itu terdapat sebuah sisir yang indah . bercorak bulan sabit dan berwarna merah . sayu berdecak kagum dan terus memandanginya terus menerus . tidak diduganya sang Daimyou yang terkenal memilihkannya sisir.
“ tu .. tuan muda memilihkanku sisir secantik ini ? benar-benar suatu keajaiban ! aku akan menyimpannya “ pikirnya sambil menyimpan sisir itu di balik kimono birunya . dia tersenyum kagum dan bahagia sambil memandangi langit .
“ tuan muda , dapatkah hamba menjangkau tuan muda ? “
***
“ ukh,sakit! Ohimesuke ! “ pekik yuuya sambil menahan sakitnya .
“ tu..tuan muda ! istrirahatlah dulu ! akan hamba panggilkan tabib “
Ohimesuke pun berlari menuju tempat tabib istana demi menenangkan sakit tuan muda . sesampainya di rumah kecil tabib , ternyata baru disadari bahwa tabibnya telah izin pulang ke edo karena istrinya melahirkan . akhirnya , ohimesuke memutuskan kembali untuk meminta izin keluar istana demi mencari tabib lain .
Betapa terkejutnya ohimesuke menyadari suara yuuya sudah tak terdengar lagi . dia pun bergegas masuk ke kamar yuuya .
“ tuan ohimesuke … “
“ sayu ? mengapa kau ada disini ? “
Ohimesuke pun terkesima melihat yuuya sudah tertidur lelap dengan senyuman yang tersungging di wajahnya . pasti suara surga sayu telah menenangkan sakit yuuya
“ untunglah ada kamu disini , sayu . apa yang terjadi ? “ Tanya ohimesuke penuh dengan rasa penasaran.
“ ketika hamba hendak meminta kertas ke salah satu pelayan , saya mendengar suara kesakitan tuan muda . jadi sesaat saya memainkan lagu hamba , tuan muda telah cerpelai tidur . saya bermaksud mengambil air , tapi ternyata ada tuan juga disini “ jawab sayu.    Ohimesuke berdecak kagum.
“ lagumu menenangkan tuan muda ? “
“ ya , tuan “
“ lagu apa yang ada nyanyikan ? “
ai no tame ni
ai no tame ni? saya tidak pernah mendengarnya “
“ itu lagu yang kubuat atas permintaan tuan muda kemarin “
“ oh “
“ tuan .. “
“ ya ? ada apa Sayu ?
“ kapankah hari terakhir Tuan Muda ? “
Ohime tak dapat berkata-kata . tidak disangkanya sayu telah menanyakan hal yang tidak ingin didengarnya . sejak ayah Yuuya tewas saat perang perebutan benteng , dia dipercaya sebagai wali dari Yuuya yang sudah dianggap anaknya sendiri . terlebih saat dirinya kehilangan putranya di medan perang sebagai prajurit istana kaisar . Yuuya sudah seperti putranya sendiri .
“ mengapa kau menanyakan hal seperti itu ? “
“ hamba ikut sedih saja mendengarnya langsung dari tuan muda “ jawab sayu
Kedua mata pria tua itu telah sayup . membayangkan hari yang akan tiba itu . dia begitu menyayangi yuuya yang sudah lama dirawatnya .
Ohimesuke pun berbalik , meminta salah seorang dayang untuk mengambil air untuk dikompreskan kepada yuuya .
***
Lantunan suling emas sayu kembali menghayutkan yuuya .   tidak diduganya suara sayu begitu membuatnya teriris-iris oleh perihnya cinta . ketakutannya kehilangan dayang itu kian menyiksanya . haruskah berpisah secepat ini ?
“ sayu , maukah kau membuatkanku 1 lagu lagi ? “
“ tentu saja , tuan muda “
“ rasanya tidak pantas kau memanggilku begitu “
“ jadi saya harus memanggil tuan muda apa ? yang mulia ? “
“ cukup panggil aku yuuya saja “
Sayu tersipu malu
“ tidak , tuan muda . itu tidak mungkin . haruskah saya , ootori sayu yang berasal dari rakyat jelata ini memanggilmu seperti itu “
Kerendahan hati sayu membuat yuuya sedikit jengkel . padahal seumur hidupnya apapun yang diinginkanya selalu didapatkannya . akan tetapi baru kali ini dia ditolak sementa ini .
Badai bunga sakura yang baru saja bermekaran menggetarkan hati kedua insan yang saling mencintai itu . dipetiknya sebatang bunga lily didekatnya dan diberikannya ke sayu
“ pakailah sisir itu dibarengi bunga ini “
Sayu pun mengambil sisir yang diberikan yuuya waktu itu dan diselipkannya tepat di dahinya sehingga poninya terangkat keatas
“ gadis zaman sekarang kulihat memakai ageboshi , ginbara , dan sebagainya . tapi kau malah mengurainya seperti gadis zaman heian . bahkan sepanjang itu . apakah tidak sulit perawatannya ? “ Tanya yuuya keheranan
Sayu hanya tersenyum
“ tradisi keluarga kami “
“ tradisi ? “
“ ya “
“ masih terlalu kuno . ini zaman edo ! “
“ maka dari itu , hamba tidak pantas menerimanya “ dilepaskannya sisir itu dari kepalanya dan dikembalikannya kee yuuya
Yuuya terdiam melihat apa yang diputuskan oleh sayu . hatinya hambar . mengapa tidak ? karena pada zaman itu , jika seorang pria memilihkan sisir untuk wanita , berarti pria itu memiliki perasaan yang mendalam di hatinya . itu berarti sayu sudah menolak mentah-mentah perasaannya .
“ hamba hanyalah dayang yang miskin . hamba tidak pantas bersanding dengan tuan “ ucap sayu dengan suara agak bergetar .
“ akankah perkataanku tadi telah menyinggung perasaanmu ? “
“ tidak “
“ akankah dirimu mencintaiku seperti aku “
“ ya “
“ tapi kenapa kau berkata seperti itu ? “
“ hamba hanya gadis biasa . yang pantas bersanding dengan rakyat biasa pula “
“ lalu bagaimana dengan bangsawan lain ? bukankah mereka sama juga ? “
“ hamba tidak suka dibeda-bedakan  . tuan muda hanya dapat bersanding dengan putri dari keluarga kaya dan terhormat , tidak dengan hamba yang hina ini “
Tidak disangka-sangka kerendahan hati sayu mengantarkan yuuya ke jurang keputusasaan . dayang yang berada di hadapannya telah menolak pesonanya . dibuangnya bunga lily yang sejak tadi dicengkramnya lalu ditinggalkannya sayu yang tengah terdiam kaku di pavilion itu.
“ hatimu sangat dingin dan kelam , sayu “ pikir yuuya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar